Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Test link

Kata Iklan Rokok Saya Bukan Pria Sejati


Dalam sebuah tayangan iklan rokok di televisi digambarkan beberapa orang pria tangguh sedang menaklukkan tantangan. Mereka menjelajahi berbagai tempat petualangan yang penuh tantangan alam. Mereka menelusuri lembah berbukit, bersungai, berenang melawan arus yang deras, menyelam, berselancar di tengah terjangan gelombang ombak yang dahsyat, hingga mendaki gunung yang terjal sampai mencapai puncaknya. Semua itu mereka lakukan dengan penuh kegembiraan dan tawa canda, seakan mereka puas dengan tantangan yang telah mereka taklukkan. Tak lupa, usai tayangan para pria tangguh tersebut, tag iklan pun muncul, “My life my adventure”.

Kalau diamati, hampir semua iklan rokok secara seragam menampilkan iklan dengan tema serupa. Kalau tidak tentang para pria yang menaklukkan alam, tema lain yang diusung selalu para pria yang sukses dalam karirnya. Dan mereka itu tak hanya sekadar sukses namun berhasil pula menaklukkan hati para wanita cantik dan sexy. Seperti yang pernah saya saksikan dalam sebuah iklan rokok lain, seorang pria tampan dan gagah sedang berjalan menelusuri jalan-jalan dan sudut-sudut kota. Dalam penelusurannya itu, sang pria selalu mengabadikan momen-momen biasa yang sering kita lihat sehari-hari dengan kamera SLR-nya. Berkat kreativitasnya, momen biasa itu menjadi suatu hal yang unik dan menginspirasi. Hasilnya, momen-momen tersebut dia gunakan sebagai dekorasi hidup dalam pesta launching  produk perusahaannya. Semua orang terkagum-kagum dengan ide kreatifnya yang brilian, memberi applause, dan wanita cantik yang berdiri di sampingnya tersenyum bangga dan menggoda.
Secara implisit, iklan rokok ingin menunjukkan pada Anda bahwa Anda akan menjadi pria sejati kalau Anda menghisap rokok yang mereka tawarkan. Dengan rokok itu, Anda akan menjadi pria yang kreatif, sukses, berani, tangguh, jantan, dan mampu menaklukkan hati wanita manapun. Rokok dalam konsep iklan selalu dicitrakan sebagai lambang kekuatan dan kesuksesan seorang pria. Anda tak akan dianggap sebagai pria sejati andai Anda tak merokok, apalagi kalau tak merokok rokok buatan mereka. Pencitraan ini agaknya berhasil, terutama di kalangan generasi muda. Di kalangan itu secara tak sadar berkembang pemikiran bahwa seorang pria dikatakan pria sejati kalau dia merokok. Demikian pula di kalangan remaja putri, kalau ditanya tentang ciri seorang pria jantan, mereka selalu mengidentikkannya dengan rokok. Kalau pencitraan ini yang berkembang, sudah dipastikan saya ini bukan pria sejati atau jantan karena saya tak (pernah) merokok.
Saya juga masih ingat, ketika saya SMA, beberapa teman pria saya pun menganggap saya ini bukan seorang laki-laki karena saya tak merokok. Memang, hampir semua teman SMA saya itu sudah merokok semua. Begitulah trend-nya waktu itu. Cuma Melly, teman saya yang kecewe-cewean dan saya yang tak merokok. Otomatis bergaul dekat dengan mereka pun sulit hingga saya dikatakan kuper. Ditambah lagi, saya memang ogah berteman dengan perokok. Dalam benak saya waktu itu, anak-anak yang merokok saya kategorikan sebagai anak nakal yang cuma membakar duit orang tua mereka dengan rokok.
Di dunia, hanya tiga negara yang belum merativikasi larangan iklan rokok yang disepakati oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO). Tiga negara itu adalah Indonesia, Nigeria, dan Guinea. Sampai sekarang pun pemerintah juga belum meratifikasi “Framework Convention on Tobacco Control” (FCTC). Ratifikasi itu berguna untuk mengendalikan tembakau di Indonesia. Sedang tujuan lain adalah untuk melindungi warganegara terhadap dampak negatif zat adiktif tembakau. Ironisnya, RUU Kesehatan pada pasal tentang tembakau secara diam-diam dihapus dan dituding sengaja dihilangkan karena dianggap merugikan industri rokok Indonesia.
Kalau berhitung secara ekonomi, pembatasan tembakau, pelarangan iklan rokok, dan penetapan undang-undang tentang pembatasan tembakau tersebut, apalagi kalau dikategorikan sebagai zat yang dianggap adiktif, tentu akan sangat menghambat industri rokok itu, yang selama ini selalu mendatangkan keuntungan yang besar, penyedia lapangan kerja, dan penghasil pajak. Apabila undang-undang pembatasan tembakau dan ratifikasi FCTC dijalankan pemerintah, konsekuensinya pasti sangat memukul industri rokok kita. Agaknya faktor inilah yang selalu menjadi pertimbangan pemerintah. Padahal kekhawatiran pemerintah tersebut dampaknya lebih bersifat jangka pendek, sedang meratifikasi FCTC lebih bersifat jangka panjang, demi menyelamatkan generasi muda. Mana yang dipilih? Kalau pemerintah tetap memilih tak meratifikasi FTCT dan larangan iklan rokok maka pemerintah sedang menyiapkan bom waktu. Dan saya akan tetap dianggap bukan pria sejati, karena menurut iklan rokok pria sejati itu adalah pria yang perokok.
Sumber gambar: http://geomonkey.files.wordpress.com

Posting Komentar