Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Test link

murahnya harga keperawanan

Ini kisah salah seorang teman dari sahabat saya. Saya menceritakan ini untuk kita ambil hikmahnya bersama, sama sekali bukan untuk membuka aib seseorang sebab nama yang saya gunakan dalam kisah ini adalah nama samaran.
Sebut saja namanya Yuri.
Mahasiswa salah satu universitas terkemuka di Indonesia. Biaya kuliah di universitas itu berkali-kali lipat lebih mahal daripada biaya kuliah di universitas negri non BHP. Tapi walaupun mahal, jumlah orang-orang yang ingin menjadi mahasiswa di universitas tersebut selalu meningkat tiap tahunnya. Hanya beberapa yang berhasil lolos seleksi menjadi mahasiswa di universitas itu. Dan Yuri adalah salah seorang yang beruntung tersebut.
Di tahun-tahun awal, persoalan administrasi pembiayaan kuliah berjalan lancar. Menjelang semester-semester akhir, makin banyak pengeluaran. Untuk penelitian, untuk ujian, studi banding, dan lain-lain.
Saya tidak tahu apakah Yuri yang membiayai sendiri kuliahnya atau masih dibiayai orangtua. Yang jelasnya di semester-semester akhir itu, kondisi keuangan Yuri tersendat-sendat, bahkan macet. Untuk membiayai kuliah pun, nunggak.
Saya juga nggak tahu apakah Yuri berusaha mencari pinjaman atau tidak. Teman saya juga tidak mengetahuinya.
Singkat cerita, ada satu hal yang membuat teman saya terkejut ketika Yuri menghubunginya sudah dalam kondisi yang menyedihkan.
Yuri diperkosa keroyokan sampai pingsan dan dibuang di wilayah piyungan saat tengah malam. Yuri pulang terseok-seok dalam keadaan lusuh dan harga diri yang terkoyak.
Ternyata cerita awalnya bermula ketika Yuri hendak menjual keperawanannya untuk mendapatkan uang. Saya tidak tahu apakah Yuri sudah berusaha mencari dana lewat usaha yang lebih baik seperti bekerja, mencari pinjaman dari keluarga atau teman terdekat. Saya juga tidak tahu semendesak apa kebutuhan keuangan Yuri sampai-sampai butuh dana dalam waktu instant. Cerita pastinya, Yuri sempat bercerita pada teman saya Andre (bukan nama sebenarnya) dengan nada bercanda bahwa ia akan menjual keperawanannya dan menawarkan Andre berminat membeli atau tidak. Terang saja Andre hanya bisa berkelakar karena menganggap Yuri becanda..sebab Yuri memang sering becanda.
Konon Yuri memutuskan menjual keperawanannya karena ia sering mendengar cerita dari orang-orang yang telah melakukannya, berhasil. Maka ia memutuskan untuk mencoba menempuh jalur itu. Padahal sebenarnya Yuri bisa menggunakan kecerdasannya untuk mencari uang dengan cara yang jauh lebih baik dan halal. Tapi Yuri lebih memilih jalur singkat.
Yuri menjual keperawanannya via internet. Setelah menemukan yang dianggapnya cocok, mereka membuat kesepakatan janjian di suatu tempat.
Ternyata ketika Yuri tiba di tempat itu, dia dikerjai. Awalnya hanya ada mereka berdua, lalu tiba-tiba masuk juga beberapa laki-laki lain yang ternyata memang diundang oleh pria yang “membeli” penawaran Yuri. Saat itu Yuri sempat protes, bahwa seharusnya satu lawan satu. Kenapa malah si pria itu ngajak teman? Dan katanya si pria berkata
“Waktu kita buat kesepakatan kan kamu nggak bilang satu lawan satu.. Jadi aku ngajak teman. Hahhaaa”
Yuri hendak meninggalkan tempat itu dan membatalkan perjanjian.. Namun malang tak dapat ditolak. Para lelaki bejat itu menghadangnya dan terjadilah semuanya.
Ketika Yuri sadar, dia sudah berada di jalanan sendirian, di tengah malam yang sangat sepi. Pakaiannya sudah lusuh, make up berantakan, harta benda nggak ada sebab semua uang dan barang berharganya juga diambil para pemerkosa itu. Usahanya mendapatkan dana instant gagal total. Ditambah lagi, selaput daranya telah koyak oleh para lelaki bejat yang memperkosanya.
Yuri mengalami trauma berat. Dia enggan melanjutkan kuliahnya yang tinggal penelitian akhir saja. Entah sekarang bagaimana kabarnya sebab Andre juga sudah lost kontak dengan Yuri sejak Andre diterima kerja di Jakarta dan sejak hari terakhir Yuri meneleponnya dengan terisak-isak karena kejadian pilu itu.
Saya ikut sedih mendengar penuturan Andre tentang Yuri, soalnya Andre juga ceritanya sampai hampir nangis. Andre ikut merasa bersalah. Dia berandai-andai.. Andai saja ketika itu dia tidak menganggap apa yang dikatakan Yuri adalah candaan semata, mungkin peristiwa itu tidak akan terjadi. Tapi semuanya sudah berlalu dan waktu tidak bisa diputar balik.
Tekanan-tekanan dan problematika kehidupan kadangkala memaksa kita untuk mencari cara cepat untuk menuntaskan persoalan yang ada. Namun alangkah baiknya kita berpikir jernih dengan rasional tentang keputusan-keputusan yang akan kita ambil dalam menyelesaikan persoalan-persoalan dalam hidup. Sebab setiap keputusan ada konsekuensinya masing-masing. Kita hanya perlu menempuh usaha di jalan yang baik, sambil selalu mengingatNYA dan berdo’a padaNYA. Yakin usaha sampai.
Special for Andre.. thanks for tell me this story. Nggak ada yang perlu disesali berkepanjangan. Enjoy your life!.. :)
Dan special untuk Mbak Yuri jika suatu saat menemukan tulisan ini (meskipun probabilitasnya sangat kecil).. keep fight ya mbak!… Life must go on.
Semoga ada hikmahnya untuk kita semua.

http://sosbud.kompasiana.com/2011/04/28/fenomena-menjual-keperawanan/

Posting Komentar