Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Test link

Sastra ,,,,? sastra Inggris,,,? Apaan tuh? Mending Kedokteran aja..

Setiap tahunnya, Fakutas Kedokteran meluluskan ratusan dokter-dokter muda. Ketika memasuki ajaran baru, mulai disibukkan dengan penerimaan calon mahasiswa baru. Ketika Fakultas lain sepi peminat, justru fakultas berbaju putih semakin banyak permintaanya. Padahal, setiap tahun kuotanya ditambah, dan biaya-pun bertambah. Jika tahun lalu masuknya 100 juta, sekarang lebih mahal lagi. Tetapi, apa boleh dikata, orangtua semakin bangga jika anaknya menjadi dokter, walupun harus merogoh kocek dalam-dalam.
Setelah lulus dan menjadi dokter muda, nasibnya juga tidak jauh berbeda dengan lulusan lainnya. Seorang ibu menceritkan kepada saya:” anak saya lulus kedokteran, baru lima tahun kemudian bisa mendapat pekerjaan tetap”. Lantas saya bertanya sambil mengoda:” enak ya bu punya anak dokter…! Sang Ibu menjawab:” sama saja…!justru lebih susah, sebab saya menyekolahkannya sangat mahal. Ketika menikah, setahun kemudian punya anak. Karena belum memiliki pekerjaan, ahirnya anaknya dititipkan ke-Ibunya.
hehe walaupun begitu...

Saat ini, Indonesia masih memerlukan jumlah dokter yang cukup banyak dan berkualitas. Walaupun jumlah Fakulutas Kedokteran semakin banyak, dan jumlah lulusan dokter semakin meningkat, akan tetapi rakyat Indonesia masih banyak yang belum tersentuh oleh dokter. Sebab, dokter-dokter itu lebih suka ditempat yang basah, agar mudah mencuci muka, tangan, kaki serta anggota badan lainnya. Sebab, jika ditempat kering, sang dokter akan kesulitan membasahi muka dan sekujur tubuhnya dengan kenikmatan dan keindahan.

Banyak alasan kenapa seseorang ingin jadi dokter, selain itu ada sebuah doktrin di masyarakat bahwa menjadi dokter itu sangat "WAH" , wht i'm tryin' to say is , masyarakat menganggap dokter itu profesi yang sangat mulia (it is) mereka menyembuhkan luka,menyehatkan orang yang sakit,dan banyak lagi.
Di bberapa negara, kuliah kedokteran bisa dibilang tersulit kedua setelah hukum. (source: some article that i read abt school of law in US and European Country). Beban sks yang tinggi belum lagi praktek dan jangka kuliah yang panjang. Hal tersebut karena kedokteran bertanggung jawab atas hidup manusia, sebuah nyawa,yang bahkan sangat dilindungi oleh Hak Asasi Manusia. Selain alasan sosial, banyak yang mengaggap profesi dokter itu bergengsi, dan kalo udah jadi dokter pasti banyak keuntungan yang sebanding dengan pengorbanan. Tentu saja alasan2 lain yang sangat beragam.
 Bahkan sudah menjadi rahasia umum kalo tiap penerimaan mahasiswa baru jurusan kedokteran hampir selalu jadi favorite...EGitu pula yang terjadi di kedokteran UI Universitas Indonesia (UI) menyebutkan para calon mahasiswa, khususnya yang berasal dari program IPA dari SMA sederajat, menjadikan jurusan kedokteran sebagai pilihan utama saat mendaftar ikut serta dalam ujian Seleksi Mahasiswa Perguruan Tinggi Negeri (SMPTN). Hal itu terlihat dari belasan ribu calon mahasiswa yang memilih jurusan kedokteran melalui jalur manapun

DI unhas pun tidak ketinggalan....

Makassar, Seruu.com- Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin (Unhas) masih menjadi pilihan paling favorit para calon mahasiswa yang melamar melalui jalur undangan pada tahun akademik 2011/2012.  Hal itu terlihat pada total data calon mahasiswa yang melamar melalui jalur undangan mencapai 6955 orang.
Humas Unhas, Dahlan Abubakar menyebutkan, dari pendaftar itu, sebanyak 968 orang diantaranya menjatuhkan pilihan I pada Fakultas Kedokteran. Padahal, jika dihitung pada daya tampung fakultas itu hanya menerima 15 orang. “Persaingan akan ketat, karena 1 kursi akan diperebutkan 64,8 mahasiswa,” kata Dahlan di Makassar, Rabu, (30/3) .
senyum ceria para dokter koas..seakan seceriah masa depan mereka??


hehe artinya,,,nih 
Jurusan Akuntansi atau Kedokteran selalu diburu. Perbandingan kuota dan peminatnya tinggi," kata Ketua Panitia Tetap Penerimaan Mahasiswa Baru UI Emil Budianto.Untuk jalur undangan jurusan Akuntansi, UI menerima lamaran 6.941 calon mahasiswa, belum yang jalur ujian tertulis. Adapun peminat Jurusan.Kedokteran UGM, setiap tahun mencapai 22.000 orang dengan jumlah yang diterima 200 orang.
Bandingkan dengan Jurusan Filsafat, misalnya, yang peminatnya 500 orang untuk 80 kursi. Ini pun jumlah peminat terbesar, bukan rata-rata. Kampus-kampus pun membuat open house bagi pelajar SMA yang hendak melanjutkan kuliah.

apakah mahasiswi sastra inggris ini masa depannya suram..??

atau kalo bukan kuliah di kedok..suramkah masa depan mahasiswi ini..?



Apa salahnya jadi mahasiswa sastra?
Pertanyaan itu seringkali muncul di benak saya. Eh, tunggu dulu deh... memangnya ada yang salah ya sampai-sampai pertanyaan itu muncul dan cukup menghantui perasaan saya? Hmm, ada banyak alasan tentunya. Pertama, kalau kalian bertemu seseorang, lalu tau kalau orang itu kuliah di jurusan sastra, apa yang muncul di benak kalian untuk pertama kalinya?
·         “Wow! Cool ! Pasti nih orang luas banget pengetahuannya! Ck ck ck...”
·         “Wuah! Keren deh... aku juga pingin ambil jurusan sastra ah kalo kuliah nanti!”
·         “Hmmm, sastra ya? Pantesan orangnya nyante gitu. Kuliahnya gampang sih! Ga pernah masuk juga bisa lulus kok!”
·         “Oooooh, sastra ya? Kirain apa... aduh, nggak usah belagak gaya deh...”
·         “Aduuuh, sastra? Apa sih menariknya belajar bahasa gitu? Point-nya apa gitu looooh?”
Hmmm, jujur deh... jawaban mana yang mewakili perasaan kalian? Saya berani bertaruh pasti tiga jawaban terakhir adalah yang mendominasi benak orang-orang pada umumnya dalam memandang mahasiswa jurusan sastra. Ya walau mungkin nggak seektrim itu, tapi minimal general opinion-nya sama. Ngaku deh!

Saya tidak akan menyalahkan orang yang masih berpandangan (sempit) bahwa jurusan sastra adalah bidang ilmu yang tidak bergengsi, tidak aplikatif, tidak berguna, terlalu remeh dan mudah, and so on. Sebagai mahasiswa jurusan sastra (baca: open minded) saya maklum adanya kalau kebanyakan orang di sekitar saya masih berpandangan seperti itu. Saya mengerti, dengan latar budaya dan ekonomi seperti di Indonesia, wajar kalau orang masih belum bisa menghargai apa itu sastra. Taraf hidup dan kesejahteraan orang Indonesia yang masih berada di level menengah ke bawah membuat mereka lebih menghargai bidang ilmu yang terlihat lebih aplikatif dan yang manfaatnya bisa dirasakan nyata untuk semua kalangan, seperti ilmu kedokteran misalnya. 

mahasiswi ini bangga dengan statusnya sebagai mahasiswa sastra Inggris...


Yang jelas saya ingin mengajak kawan semua untuk berpendapat mengenai jurusan perkuliahan yang kurang terdengar gaungnya () atau jurusan yang "kering". Dimana jurusan tersebut kurang peminatnya karena mungkin "kurang berprospek" apabila dibandingkan dengan jurusan yang terkenal seperti teknik,akuntasi.kedokteran... dsb. Padahal apabila dikelola secara baik dan pemerintah turut serta dalam pengembangan jurusan ini, niscaya jurusan "kering" tersebut mampu bersaing dengan jurusan lain dan menciptakan lulusan yang berkualitas di bidangnya

Tapi kadang saya benar-benar tak habis pikir ketika masih banyak teman mahasiswa yang seharusnya berpikiran luas dan jauh ke depan, tapi masih menunjukkan sikap yang konservatif. Mungkin dulu saya juga termasuk orang-orang berpandangan sempit itu.


Belum masuk ke dunia perkuliahan, saya sudah menemui beberapa rintangan yang tidak mengenakkan. Salah satunya ketika salah seorang kerabat saya mengetahui kalau saya diterima di jurusan sastra inggris, dia justru berkomentar “Kenapa nggak coba lewat SNM PTN  aja lagi? biar bisa masuk ekonomi. Atau paling nggak fisip lah. Lebih mending...”. Aduuuh, sumpah! Hati saya mencelos mendengar perkataan bernada enteng itu. Saya tahu, mungkin bukan maksud dia menyakiti hati saya. Namun jujur, kata-kata seperti itu keluar dari mulut seseorang yang berpendidikan agak kurang masuk akal menurut saya.
Dan semua itu berlanjut hingga kini, ketika saya sudah berada di penghujung tahun perkuliahan. Sempat beberapa kali mendengar selintingan tak mengenakkan bagaimana orang lain (baca: mahasiswa jurusan lain) menganggap tugas kami (mahasiswa sastra) itu jauh lebih mudah dan enteng dibanding mahasiswa jurusan lain. Tugasnya lebih sedikit dan ringan, lebih banyak waktu luang, tak perlu repot-repot praktikum atau penelitian lapangan, cukup baca buku doang bisa dapat IPK cumlaude. Enak bener ya kuliah sastra?


Asal kalian tahu, saya mendapatkan buanyaaaak hal dari kuliah di jurusan sastra. Mungkin kalian mengira kami hanya belajar bahasa, grammar, dan semacamnya itu. Tenang, saya maklum kok. Hehe. Tapi kalau saja kalian mau membuka pikiran sedikiiit saja, posisi ilmu sastra itu sesungguhnya berada di paling atas, sastra adalah payung dari bidang ilmu lain, seperti kedokteran, psikologi, matematika, biologi, dan lain sebagainya. Sederhananya, kalau kalian tidak mengerti apa itu bahasa, mana mungkin kalian bisa mengerti ilmu-ilmu lain yang kesemuanya tidak akan bisa ditransfer tanpa keberadaan bahasa?
Dan yang lebih penting lagi, di jurusan sastra, kami mempelajari banyak sekali hal-hal yang mungkin tidak pernah dianggap penting di jurusan lain namun sebenarnya teramat penting (hehe mbulet.com). Di jurusan sastra, saya belajar Reading text,  saya jadi tahu bagaimana ideologi selalu bersembunyi dalam sebuah teks (teks disini bisa berarti tulisan, film, iklan, maupun fenomena sosial). Sebagai seorang wanita saya juga merasa beruntung karena jadi tahu sedikit banyak tentang feminisme dan bagaimana seharusnya saya bersikap di tengah budaya patriarki. Kami juga diajari apa itu semiotic, studi tentang simbol yang membuat kami lebih faham dan aware pada setiap makna yang terkadung dalam setiap hal yang kita temui sehari-hari. Tentu masih banyak lagi hal-hal menarik yang membuat saya menjadi makin jatuh cinta pada ilmu sastra, yang tidak mungkin saya pamerkan satu-satu disini. ^^
Saya merasa ilmu sastra mampu mencerdaskan manusia, memberi arti lebih dalam hidup seseorang. Membuat kita tidak hanya berpikir soal materi dan kesuksesan berkarir. Lebih dari itu, sastra membantu saya memahami hal-hal secara lebih mendalam yang tidak ditawarkan oleh bidang ilmu lain (eit, bukan berarti saya meremehkan ilmu lain looo ^^)
Tanpa ilmu sastra, tidak akan bisa sebuah negara berdiri dengan kokoh. Lihat saja, tanpa kritikan dan masukan dari para sastrawan dan pengamat budaya, apa jadinya Indonesia yang sudah bobrok ini? Haha, kalau kalian masih ragu dengan kehebatan dan betapa dibutuhkannya orang-orang sastra, silahkan datangi saya. Hoho. Saya bisa menunjukkan orang-orang hebat itu, yang tentu saja saya belum termasuk di dalamnya (hoho... semoga suatu saat bisa jadi orang hebat juga, kekeke...). Hal yang menyedihkan bagi saya adalah ketika masih ada mahasiswa sastra yang belum bisa bersikap sebagaimana seharusnya.
Sejauh ini, jika masih ada yang memandang rendah jurusan sastra, saya berusaha kalem dan tidak terbawa emosi, plus mengingat kata-kata dari salah seorang dosen saya, “Jangan salah, kalau di negara maju, bukan mahasiswa kedokteran yang disanjung-sanjung, tapi justru orang yang menguasai ilmu literatur”. So... setelah membaca tulisan ini, masih adakah diantara kalian yang menganggap ilmu sastra itu cenderung remeh dan tidak ada gunanya? ^^

Posting Komentar