Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Test link

kutipan inspiratif novel padang bulan part 1



Kini, novel-novel Andrea Hirata sedang menuju pentas dunia. Tak ada salahnya, kita belajar darinya juga.

Dan, inilah “kata-kata indah” (menurut saya) selanjutnya dari “Padang Bulan” 


kalau aku susah katanya dengan sorot mata yang lucu " cukuplah kutangisi semalam .semalam suntuk esoknya ,aku tak mau lagi menangis .aku bangun dan tegak kembali ( hal 42 cinta dalam gelas ) ( hebat nie tak kasi dua jempol deh atas semangatnya)

 Hidangan burung punai merupakan menu musim hujan yang selalu dinantikan. [....] Hanya melaluipekatik, punai bisa ditangkap. Sebuah cara berburu yang unik dan mengasyikkan.”

“Matanya hitam dan tajam, lehernya kukuh, paruhnya seperti mata panah, bulunya hijau berkilat-kilat dan sangat tebal, kakinya seperti kaki rajawali, kuku-kukunya laksana besi. Ia tampak gagah, menantang, dan tak takut. Burung itu memang berkarisma seorang raja.”



“…. Mulut tanpa pagar rupanya membuat huruf h berhamburan dan huruf s agak susah dikendalikan.”
“…. Ia, kata A Nyim berapi-api, bahkan bisa mencari suami yang hilang. M. Nur, begitulah nama orang Melayu itu.”



“…. Badannya kecil. Maka, bolehlah ia disebut kontet. Kulitnya gelap, rambutnya keriting kecil-kecil.Alisnya hanya satu setengah. Maksudnya, setengah alis mata kirinya tak ada sebab terbakar ketika ia meniup karbit yang menyala di dalam meriam bambu. [....] Sisa alis itu hanya berupa bulu yang remang-remang. Rahangnya seperti manusia Neanderthal. Matanya, sudah mata manusia modern meski agak juling. [...] Tapi, penglihatannya tajam, terutama kalau malam. Ia serupa burung hantu.”
“Waktu kelas tiga SD ia tidak naik kelas karena pernah terjatuh dari pohon nangka. [....] Tubuhnya berdebam ke tanah seperti nangka disambar petir.”


“…. Tapi, ia menjadi pelupa dan sering mendengus-dengus seperti kambing bersin: ngesnges. [....] Alhasil, tiga tahun berturut-turut ia tak naik kelas. Ia bosan, guru-gurunya bosan, orangtuanya bosan,menteri pendidikan bosan, ia berhenti sekolah.” ( wah eheh gara-gara ni anak gak naik kelas bikin menteri juga bosan..hehe)



“…. Baginya—baginya sendiri tentu saja—ia adalah seorang detektif profesional.”
“Orang Melayu gemar benar menertawakan orang.”


“Lim Phok mengucek-ngucek matanya, tak percaya melihat gigi palsunya terbaring di tanah.”
“Kutatap ia dan ia menikmati kekagumanku padanya. Gadis tadi telah hafal pesanannya, secangkir kopi, sedikit gula, dua butir cengkeh. Kopi yang sempurna untuk sore yang sangat mengesankan itu. ‘Nges, nges!’….”**








Posting Komentar