Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Test link

Ingin Membangun Rumah di Akhirat


Dalam kasus dugaan suap pemilihan Miranda, KPK sudah menetapkan 26 anggota DPR periode 1999-2004 sebagai tersangka. Mereka antara lain berasal dari politisi PDIP, Partai Golkar, dan PPP.

Sebelum mereka, empat anggota DPR sudah divonis penjara dalam perkara yang sama. Yakni Hamka Yandhu [Fraksi Partai Golkar], Dudhie Murod [Fraksi PDI-P], Udju Djuhaeri [Fraksi TNI/Polri] dan Endin AJ Soefihara [Fraksi PPP]. Oleh majelis hakim Pengadilan Tipikor mereka divonis bersalah dan dihukum, masing-masing dengan satu hingga dua tahun penjara.

Beberapa dari 26 anggota DPR yang kemudian dijadikan tersangka, saat ini diketahui masih aktif sebagai anggota DPR. Mereka antara lain Panda Nababan dari PDIP. Sebagian lagi seperti Dudhi Makmun Murod masih aktif sebagai pengurus atau anggota partai.
Mengapa masih saja ada yang mau melakukakn korupsi di negeri ini ketahuilah hidup di dunia ini hanya sementara ..mari kita perbanyak amal ibadah kita ..mungkin kisah ini bisa menjadi inspirasi di tengah semakin cinta dunia para pejabat di Republik tercinta ini ,,,

Berkenaan dengan kezuhudan yang menjadi ‘trademark’-nya Salim, Hisyam bin Abdul Malik mengisahkan, ketika sedang menunaikan ibadah haji, dia memasuki Ka’bah dan mendapati Salim bin Abdullah. Hisyam berkata kepadanya, “Wahai Salim, mintakanlah kepada Allah agar memenuhi keperluanku.” Salim menjawab, “Aku malu kepada Allah untuk meminta sesuatu di rumah-Nya untuk orang lain.” Lalu ketika Salim keluar, Hisyam pun keluar membuntutinya. Hisyam berkata lagi, “Sekarang engkau telah keluar dari Baitullah, maka mintakanlah kepada Allah agar memenuhi keperluanku.” Salim bertanya, “dari keperluan-keperluan dunia atau dari keperluan-keperluan akhirat?” Hisyam menjawab, “Dari keperluan-keperluan dunia.” Salim menegaskan, “Aku tidak pernah meminta dunia dari Sang Pemiliknya. Jika demikian, bagaimana bisa meminta dunia kepada orang yang bukan pemiliknya?”

Pada Hari Arafah, Hisyam bin Abdul Malik bertemu dengan Salim. Hisyam melihatnya mengenakan pakaian yang tembus pandang, sehingga nampaklah  lemak di tubuhnya. Hisyam berkata, “Wahai Abu Umar (kuniyahnya Salim), apa saja makananmu?” Salim menjawab, “Roti dan minyak.” Hisyam terperangah seraya berkata, “Bagaimana bisa roti disatukan dengan minyak?”“Aku menyatukannya, jika kemudian selera makanku timbul karenanya, maka aku memakannya,” tandas Salim. Hisyam berkata, “Pada hari itu Salim terserang demam, dan masih demam hingga tiba di Madinah.” Dari sini nampak, Salim hidup prihatin, dan tidak pernah dipusingkan dengan urusan keduniaan. Dia tidak memiliki harta, jabatan, dan apapun yang sifatnya duniawi.
Bahkan diriwayatkan, saking zuhudnya Salim, sampai-sampai dia tidak pernah mengumpulkan apapun kecuali hanya untuk kehidupan akhirat. Menurutnya, fondasi rumahnya tidak setara dengan apapun. Dia lebih memilih untuk menyiapkan rumah di akhirat. Seorang tabi’in lain bernama Maimun bin Mahran pernah masuk ke rumah Salim dan mengumpulkan semua yang ada di rumahnya, lalu Maimun menyatakan bahwa semua yang dikumpulkan tidak mencapai nilai 100 Dirham.
Tidak hanya terkenal dengan kezuhudannya, Salim merupakan salah satu dari tujuh ahli fikih Madinah. Dengan keilmuan yang dimilikinya, dia adalah tempat bertanya dan meminta fatwa para penduduk Madinah. Ali bin Al-Hasan menyatakan, dari Abdullah bin Al-Mubarak, dia berkata, “Ahli fikih Madinah yang selalu memunculkan pernyataan dari pendapat mereka ada tujuh orang, yaitu Sa’id bin Al-Musayyib, Sulaiman bin Yassar, Salim bin Abdullah, Al-Qasim bin Muhammad, Urwah bin Az-Zubair, Ubaidillah bin Abdullah bin ‘Atabah, dan Kharijah bin Zaib bin Tsabit.”
Mengingat kapabilitas keilmuan yang dimiliki, Salim kerap diminta untuk memberi nasehat kepada para ulama Muslim. Dia terus menjadi penasehat spiritual kaum muslimin ketika itu sampai akhirnya Allah memanggilnya pulang ke rahmatullah para bulan Dzulhijjah tahun 106 Hijriyah. Tumbuh dan besar di Madinah, dia pun wafat dan dimakamkan di Madinah. (Syifa Annisa)


Posting Komentar