Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Test link

Mengapa dosen UNHAS lebih senang mengajar daripada meneliti ???

kampus Unhas ,,dillihat dari TRIDARMA PERGURUAN TINGGI 


Mengapa dosen Unhas lebih senang mengajar daripada meneliti ???
Itulah saya lihat fenomena di kampus merah yang tercinta ini ,,bahkan saya kira bukan hanya di kampus Unhas pun terjadi tetapi  dosen-dosen  Indonesia itu lebih suka mengajar daripada meneliti. Padahal menurut saya  Tri Dharma Perguruan Tinggi isinya bukan hanya mengajar (pendidikan) tetapi juga penelitian dan pengabdian masyarakat. Hal ini dimungkinkan karena kurangnya dana penelitian yang disediakan oleh universitas dan minimnya keminatan terhadap penelitian.
Apakah ini factor dari pemerintah atau dari Pribadi sang dosen itu sendiri?? Namun terlepas dari hal tersebut menurut saya  peneliti  di Indonesia sulit maju penyebabnya adalah kurangnya dukungan dana dari pemerintah. Banyak kisah kita lihat dan dengar ilmuwan-ilmuwan Indonesia lebih banyak “nongkrong” di laboratorium-laboratorium luar negeri yang sangat prestisius. Mereka tidak mau pulang ke Indonesia sebagian besar karena ketika di Indonesia mereka akan kesulitan dalam membuat penelitian karena kurangnya dana dan peralatan. Padahal beberapa penelitian mereka itu sangat penting dalam kehidupan manusia. Hal lainnya adalah kesejahteraan peneliti di Indonesia. Penelitian membutuhkan waktu dan konsentrasi. Jarang sekali peneliti bisa bekerja sambilan kalau ingin serius meneliti sesuatu. Jaminan kesejahteraan yang tidak pasti menyebabkan sulitnya peneliti di Indonesia berkembang.

Dosen lagi mengajar mahasiswa ...

Tetapi ini tentunya bukan hanya berdasar uang saja …dan uang sebenarnya bukan masalah paling utama karena saya selalu yakin “science is in people, not money”. contohnya kuba yang bertahun2 diembargo ternyata risetnya lebih maju dibanding kita yang berteman akrab dengan USA. masalah paling penting adalah: apakah sistem yang ada sekarang ini mendukung aktivitas riset? jawabannya TIDAK.
1. workload mengajar yang luar biasa. lantas kapan menelitinya?
2. beban tugas admin yang bukan hanya merusak fokus pada penelitian, tapi sekaligus menghancurkan “birahi” meneliti. saya pernah baca satu kali saja interupsi telepon/email, maka kita butuh 15-30 menit untuk kembali fokus ke pekerjaan asal. coba bayangkan kalau dosen sedang meneliti, tiba2 diinterupsi dengan tugas admin yang bukan cuma sekali, bisa-bisa fokus dan “birahi” menelitinya hilang.
3. sarana penelitian yang dikenai pajak luar biasa. untuk meneliti di bidang kedokteran/ilmu alam kita butuh alat2 penelitian yang diimpor. lama datangnya, pajaknya pun tinggi juga sehingga harganya bisa 2x lipat dari harga sebenarnya.

walaupun demikian ada salah satu dosen jempolan yang pernah saya diajar beliau adalah Prof . Dr. Hakim .Yassi yang cara mengajar sangat baik disamping memberikan materi juga memberi nasehat-nasehat petuahnya kepada kami yang masih muda yah selain sebagai dosen pengajar beliau juga rajin meneliti dan mempublikasikannya bahkan sudah ada yang jadi sebuah buku yang tentunya dapat dijadikan refernsi dalam suatu mata kuliah bahasa dan linguistik , yang selama ini jika belajar mata kuliah tersebut tak jarang berkiblat pada buku-buku asing dari barat seperti Noam Chomsky ,,padahal sebenarnya kita juga mampu ,,loh tinggal bagaimana diberdayakan ,,serta dilestarikan ...
 bahkan beliau memberi  suatu resep jitu kepada kami yang ingin mengadakan sebuah penelitian yakni jika dalam penelitian kita menganggkat suatu teori ,maka jangan ditelan mentah -mentah teorinya atau jangan ditolak juga,,tetapi berikan lah suatu pendapat yang kontra ,,dengan teori tersebut ,,,nah,,kalau kontra atau bertentangan maka otomatis dalam isi kepala anda mempunyai segudang materi ilmu pengetahuan yang siap disandingkan dengan teori itu bahkan mungkin teori anda lah yang paling benar,,,,olah karena itu jangan cenderung langsung setuju dan manut saja terhadap suatu teori atau opini seseorang ,,lebih baik cari teori lain,maka boleh jadi disitulah letak keunggulan anda ...nah ini salah satu resep beliau sehingga sering lolos hibah penelitian dari DIKTI 
Solusi jitu yang saya tawarkan ini harus jadi perhatian pemerintah !!!

Solusinya ? Perhatian pemerintah perlu lebih banyak kepada hal ini. Sayangnya kita memang sudah terbiasa membeli sesuatu jadi dan tinggal pakai. Kita lebih sering mempunyai perilaku konsumtif daripada perilaku sebagai penemu. Memikirkan dana yang besar untuk penelitian, pikiran kita biasanya langsung memilih lebih baik beli jadi saja. Mudah-mudahan ke depan pikiran seperti ini tidak banyak ditemukan di kalangan generasi muda. Karena saya yakin memang kemampuan otak peneliti Indonesia tidak kalah. Yang penting adalah kesempatan dan dukungan yang ada.

Posting Komentar