Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Test link

Hakikat Cinta …Haruskah menjadi Gila..??



“Syafar …
Dia datang pada saat dimana aku sedang merasa sangat kehilangan, hari-hariku sedang membosankan dan menyedihkan. Aku baru saja putus cinta. Awal aku mengenalnya karena tidak sengaja mengirim sms. Setelah itu kami sering bertukar cerita, bertelpon ria.
Entahlah, aku tidak tahu kapan cinta itu hadir dalam hatiku dan aku juga tak mengerti mengapa cinta itu datang begitu cepat. Dan yang lebih aku tak mengerti mengapa aku harus mencintainya, padahal kita tak pernah bertemu
Aneh bukan? Tapi itulah cinta, bila cinta tidak gila itu tidak dikatakan cinta…
Cinta itu harus gila.
 Syafar  yang kuliah di Fakultas  Seni rupa dan Desain yang menurut persepsiku sesuai dengan penampilannya. Rambut gondrong, jins belel, rokok di tangan, dan menghabiskan waktu berjam-jam di atas kanvas,sehingga terkadang ia lupa akan waktu ,bahkan waktu untuk mengurus dirinya sendir ,seperti mandi,makan,tetapi tidak dengan waktu shalat tiba,setiap azan berkumandang ,ia selalu menyempatkan salat ,,maklumlah setiap berhadapan dengan kanvas putih ia seakan terfokus pada hasil kreasi nya hingga terkadang ia lebih asyik dengan pekerjaannya daripada bersamaku.Tapi, kadang Syafar  juga bisa seperti penghibur yang melemparkan canda nakal yang membuatku tertawa terpingkal. Syafar  tidak seganteng Kim Hyun Joong   tapi cukup membuatku tak bisa tidur . Syafar  bukan cowok berbadan atletis yang didamba setiap cewek untuk selalu berada dalam dekap hangatnya. Dia cenderung kurus tapi cukup membuatku aman berada di dekatnya.
Syafar  bukan cowok yang selalu memperhatikan penampilan bahkan bisa dibilang jarang mandi tapi cukup membuatku selalu merindunya. Syafar  yang begitu sederhana dan  apa adanya. Aku menyayangi Syafar  dan aku mencintainya hingga saat ini.

Assalamualaikum..."
Pandangannya jatuh ke wajahku lantas dia tersenyum. " Waalaikumsalam..."
Kenapa sih?” tanya Syafar  suatu hari. Kukernyitkan dahiku tanda tak mengerti ucapannya barusan.
“Kamu itu kenapa?” tanya Syafar  lagi.
“Maksudnya?” aku balik bertanya masih dengan tak mengerti maksudnya.
“Sebulan ini aku merasa  kamu jadi aneh,” ucap Syafar .
“Apa aku seperti monster, sampai-sampai kamu menganggap aneh diriku ini?” kulemparkan canda. Tapi aneh, Syafar  tak menanggapi seperti biasanya.
“Aku serius!” pandangan mata Syafar  seperti memaksa meminta jawaban. Kami terdiam sejenak. Aku ragu.
“Aku ingin jatuh cinta, Syafar !” akhirnya keluar juga kata-kata itu dari mulutku setelah sebulan berusaha menyembunyikan hal ini darinya. Rasanya lega sekali setelah mengucapkan kata-kata itu. Kubayangkan reaksi Syafar , dia bakal kaget dan marah tapi ternyata tidak. Syafar  diam saja. Hanya sedikit kaget terlihat dari air mukanya. Di saat seperti ini, keheningan sejenak menjadi teror sepi yang berkepanjangan.
“Vit, aku mencintaimu… sangat mencintaimu dan kamu tahu itu.” Kuanggukkan kepalaku.
“Saat ini, kamu memang pacarku, milikku. Tapi, hatimu tetap milikmu sendiri. Kamu berhak menentukan langkahmu sendiri. Berhak menentukan siapa yang kamu cintai.”
“Kamu nggak ngerti aku Far!”
“Aku ngerti. Sangat mengerti dengan keinginanmu. Jangan memaksakan diri bersamaku bila kamu tak menginginkannya,” Syafar  beranjak pergi meninggalkanku.
“Syafar  tak mengerti apa yang kurasakan. Aku hanya ingin sensasi jatuh cinta itu datang lagi padaku. Rasa berdebar-debar bila menunggu kedatangannya seperti ilalang di tanah lapang menanti sang hujan di musim kemarau. Bukan seperti rutinitas menunggu sang mentari muncul dari arah timur saat pagi hari.
            Namun terkadang jika aku menyadari bahwa kedekatanku dengannya adalah suatu kesalahan ,aku berusaha menghindar,tapi aku selalu kalah.Kebaikan dan kehangatannya selalu membuat aku tak mampu menolak kehadirannya dalam kehidupanku ,sekali lag,mungkin  inikah yang disebut cinta?, bila cinta tidak gila itu tidak dikatakan cinta…
Cinta itu harus gila?.
Aku ingin rasa kangen begitu menyerangku bila lama tak bertemu. Aku ingin rasa berbunga-bunga itu datang lagi saat senyuman manis dilemparkan ke arahku. Saat ini, aku hanya ingin jatuh cinta, itu saja. Apakah salah?
Disisi lain Syafar termenung dan terpekur sendirian sehabis salat dzuhur  di Musallah dekat kampus ia pun merenungi kata-kata yang diucapkan tadi kepada Vitri yang sebetulnya ia tidak bisa mengelabui hatinya sendiri bahwa ia  tertarik padanya .”Aku mencintai wajah yang terbalut jilbab biru itu demikian melekat dalam jiwaku dan aku tidak bisa menghapusnya ,bahkan cahaya wajahnya mengalahkan cahaya matahari dan rembulan ,jika rembulan tidak bersinar maka cukuplah wajahnya untuk menggantikannya ,tetapi tidak hanya kecantikan wajah yang ia miliki sebab hatinya melebihi kecantikan parasnya.Ya wajahnya demikian ayu senyumnya itu masyallah banget, katanya lirih”.

Hari ini aku sengaja menunggu Syafar  di kampusnya. Wajahnya yang kuyu masih saja kurindukan. Sedikit canggung memang setelah lama tak bertemu, tapi semuanya berjalan baik-baik saja.
Dari kejauhan aku melihat Syafar .aku cukup kaget melihat tampangnya kali ini ia mulai berubah jika dulu ia bernampilan rambut gondrong, jins belel, rokok di tangan,kini rambutnya sudah dicukur rapi,pakaian kemeja dan celana kain hitam membuatnya makin mempesona ,hingga bau rokok dari mulutnya berubah dengan  wangi parfumyang  mewangi ,sontak  kasak-kusuk mahasiswi di koridor seni rupa terhenti ketika sosok jangkung dengan kemeja hitam melintas di depan mereka,seorang lelaki dengan tampang yang mampu membuat wanita sport jantung taatakala bertatap dengannya ,Rambut hitam berombak ,wajah bersih ,dengan lekak-lekuk tajam khas aristokrat ,alis tebal dan bibir yang segar kemerahan …Siapa yang kuat untuk tidak terus menerus memandangnya ,tanpa keterpesonaan yang dahsyat.
“Sudah jatuh cinta lagi?” kalimat pertama yang meluncur dari mulut Syafar .
“Sudah, malah berkali-kali!” jawabku.
“Kamu sendiri gimana?” sambungku.
“Aku nggak tahu Vit, rasanya aku tidak bisa jatuh cinta lagi. Aku berusaha melupakan kamu tapi tak pernah bisa. Semakin aku berusaha melupakanmu, bayanganmu makin lekat. Jadi, sekarang kubiarkan bayanganmu merajai diriku tanpa berusaha menghilangkannya. Orang bilang waktu yang kelak akan menghapusnya. Tapi, aku juga masih meragukan apakah kelak waktu benar-benar bisa menghapusnya. Sampai saat ini, detik ini, aku masih sayang kamu Vit.” Kata-kata Syafar  meluncur begitu saja seperti kereta api express yang tak pernah berhenti di stasiun-stasiun kecil. Tapi, nadanya makin melemah seperti orang yang sudah kehilangan harapan. Di sudut hatiku, ada rasa bahagia yang meletup-letup. Syafar  masih sayang dengaku.
“Syafar , aku jatuh cinta padamu berkali-kali!”
“Benar Vit yang barusan kamu ucapkan? Kamu sedang tidak mempermainkan aku kan?” sepertinya Juned tidak percaya dengan apa yang kuucapkan dan dia terus mengulang pertanyaannya.
Aku mengangguk. Bukankah cinta seperti ini yang diinginkan setiap orang? Jatuh cinta berulang kali pada orang yang sama. Terlihat jelas rona bahagia di wajah Syafar , tapi bukan Syafar  kalau dia tidak bisa menahannya. Tidak langsung memelukku seperti yang aku lihat di film-film, tapi aku tahu kalau Syafar  benar-benar menyayangiku. Aku mencintai Syafar  dengan segala kesederhanaannya.
Dan cinta itulah  yang kini  dengan indahnya mempersatukan kami  dalam sebuah mahligai suci pernikahan.

Posting Komentar