Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Test link

Mengapa Unhas sering tawuran??

Hari ini di salah satu media ternama di makassar menerbitkan judul headline ” sungguh memalukan”…
yah itulah salah satu berita yang cukup menyindir kampus universitas Hasanuddin kemarin..
berikut ini hasil analisa teman saya Yulianto (mahasiswa sastra inggris 2008) yang juga mantan ketua Racana Pramuka Universitas Hasanuddin yang sangat tepat untuk direnungkan seluruh civitas akademika Universitas Hasanudin

 pesanku buat teman-temanku di semua lembaga pendidikan:
Kejadian yang telah beberapa kali diberitakan oleh media kepada khalayak ramai terkait tentang adanya tindakan agresif yang dilakukan beberapa mahasiswa terhadap mahasiswa lain di lembaga pendidikan kami janganlah membuat kita melakukan generalisasi pandangan bahwa mahasiswa pada lembaga kami secara keseluruhan juga turut memiliki perilaku yang sama dengan mereka yang melakukan tindakan agresif tersebut.
Ini bukan pernyataan pembenaran tapi sebuah ajakan untuk berefleksi. Bukankah kejadian seperti ini telah seringkali terjadi di Indonesia. Tidak hanya pada lembaga pendidikan kami akan tetapi juga lembaga-lembaga pendidikan lainnya juga pernah mengalami kejadian seperti ini. Namun menurut saya, masih saja kita terlalu membesar-besarkan masalah ini. Pandangan kita mengenai suatu “masalah besar” masih tetap sama. Rasanya kita masih menganggap bahwa masalah itu dikatakan besar jika dilihat dari manifestasi-manifestai mencolok yang dihasilkan masalah tersebut. Dan media juga telah berhasil membesar-besarkan masalah ini di depan khalayak ramai. Jadilah ini menjadi isu hangat.
Padahal menurut saya ada hal yang lebih penting yang dapat kita lakukan daripada kita hanya sibuk melakukan justifikasi tentang benar atau salahnya tindakan yang mereka lakukan. Mengapa tidak kita arahkan pandangan kita kepada pertanyaan tentang apakah yang memicu sehingga kejadian ini masih tetap terjadi lagi? Bukankah dari kejadian ini terlihat bahwa kita tidak pernah merefleksikan kejadian-kejadian serupa yang dulu pernah terjadi dalam menemukan solusi untuk menyelesaikan permasalahan ini. Kita tidak pernah belajar!!!
Menurut saya, pemicu dari masalah ini masih tetap sama dengan pemicu-pemicu yang dulu-dulu. Pemicu itu adalah akar permusuhan dari dua belah pihak yang masih tetap dijaga hingga generasi sekarang. Lantas, mengapa akar permusuhan itu masih bisa tetap ada hingga sekarang? Pertanyaan ini baiknya kita tujukan kepada para pengawal lembaga kemahasiswaan. Apakah system pengaderan yang dilakukan senior kepada junior masih tetap sama? Yah, menurut saya sepertinya sistemnya masih tetap sama. Adanya indoktrinasi yang masih tetap dijaga oleh para pengawal lembaga kemahasiswaan kepada generasi-generasi sekarang. Indoktrinasi ini menghasilkan pemujaan berlebihan kepada organisasi. Dan akhirnya muncullah fanatisme organisasi. Rela mengorbankan apa saja kepada organisasi. Bahkan nyawa pun rela dibuang jika dianggap ada yang melecehkan organisasi (ataupun elemen-elemen yang ada di dalamnya) tempat ia bergelut. Lantas, dimana peran petinggi-petinggi lembaga pendidikan dalam upaya memutuskan sistem ini? Yah, sepertinya para petinggi lembaga pendidikan masih tetap melempem melihat permaslahan ini. Yah, kebijakan yang diambil masih tetap itu-itu saja. Menyelidiki siapa biang pemicu tindakan agresif ini lalu melakukan sanksi keras terhadapnya, sanksinya mulai dari skorsing hingga yang lebih fatal lagi yaitu sanksi pemecatan. Alih-alih menyelesaikan masalah ini, nantinya dari kebijakan ini maka dipastikan akan muncul lagi tindakan-tindakan solidaritas dari teman-teman lembaga kemahasiswaan demi memperjuangkan kawan-kawan mereka. Dan akhirnya, kalau bukan DEMO, PEMOGOKAN KULIAH, HINGGA PEMBOIKOTAN sudah jelas akan dilakukan. Seperti itu alur yang muncul setiap permasalahan ini terjadi. Mengapa para petinggi-petinggi lembaga pendidikan tidak memusatkan perhatiannya kepada pengawalan system pengaderan yang dilakukan oleh para pengawal lembaga kemahasiswaan? Mungkin jawabannya itu bukan masalah yang penting, yah mungkin begitu.!!!
Sekali lagi, Dari semua permasalahan ini, marilah kita sama-sama belajar untuk menyikapi permaslahan ini secara bijak. Dan janganlah kita terlalu sibuk melakukan justifikasi terhadap permasalahan seperti ini. Dengan melakukan justifikasi dalam permasalahan seperti ini maka kita akan membentuk pandangan kita kepada sebuah pandangan sinisme terhadap sekelompok orang tertentu. Pandangan sinisme ini dapat mempengaruhi penilaian kita kepada suatu hal. Dengan adanya sinisme maka ketika kita akan melakukan penilaian maka kita tidak lagi akan menjadi objektif dalam melakukan penilaian tapi justru akan memasukkan subjektifitas kita pada penilaian itu. Kita tidak lagi akan menilai masalah dari akar penyebab masalah itu. Namun, kita malah menilai masalah itu diluar dari penyebab masalah itu sendiri. kita melibatkan factor daerah georgrafis lah, suku/ras lah dalam menilai sebuah masalah.
Maka sepatutnyalah kita berhati-hati.
“Seorang Terpelajar juga harus bersikap adil sudah sejak dalam fikirannya apalagi dalam perbuataannya”. (Pramoedya Ananta Toer, Bumi Manusia)


Posting Komentar