Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Test link

Pendidikan Doktrinisasi buat Mahasiswa Jadi ALAY

Generasi sekarang abai terhadap hal-hal yang di luar minat mereka, atau di luar tren yang mereka ikuti. Generasi ini selalu mendambakan karir cemerlang di perusahaan besar setelah wisuda tetapi mereka kebingungan saat ditanya “apa yang bisa kau lakukan untuk membuat perubahan?” Saat mendapatkan karir baik, mereka tetap memoles diri karena mempercayai bahwa jenis pekerjaan masa kini masih terpisah-pisah dalam kasta.

itulah yang terjadi sekarang .. sebagian dari mereka tidak tahu apa yang benar-benar mereka inginkan untuk perbaikan hidup. Pengalaman harian mereka yang lebih banyak menghabiskan waktu menonton reality show komedi percintaan di televisi atau membaca buku-buku hiburan menjadi pengalihan yang kuat dari pilihan hidup yang seharusnya sudah bisa ditentukan sejak usia 20. Bahkan Kebanyakan Mahasiswa sekarang menjadi Generasi Alay .Jika anda suka menonton acara Show Bukan Empat Mata atau acara-acara lawak lainnya maka anda akan temui penonton dari kalangan mahasiswa yang dengan bangganya memakai jas alamamaternya namun aktifitas mereka tidak lebih untuk tertawa semata.
Mereka tidak menyadari bahwa mereka ditonton secara nasional dan apa yang mereka lakukan itu selain dilihat juga dinilai oleh masyarakat
Mahasiswa Generasi Alay
Generasi “alay ini” dinilai sebagai pemalas dan sangat bergantung, cenderung tidak mandiri apalagi independen. Gemar memperlihatkan kemewahan yang bukan hasil kerja keras mereka alias pemberian orang tua. Mendambakan hasil tapi kurang menghargai proses. Mereka senang orang-orang mengetahui apa yang mereka lakukan dari bangun tidur sampai tidur lagi karena menganggap Twitter memberi kesempatan untuk itu.

Namun kegelisahan juga tidak hanya terjadi di kalangan Mahasiswa Alay ini..tetapi juga terjadi pada mahasiswa cerdas dan bermasa depan gemilang.Saya lulus.  Berikut ini petikan pidato seorang lulusan terbaik di sekolahnya..."Seharusnya saya menganggapnya sebagai sebuah pengalaman yang menyenangkan, terutama karena saya adalah lulusan terbaik di kelas saya. Namun, setelah direnungkan, saya tidak bisa mengatakan kalau saya memang lebih pintar dibandingkan dengan teman-teman saya. Yang bisa saya katakan adalah kalau saya memang adalah yang terbaik dalam melakukan apa yang diperintahkan kepada saya dan juga dalam hal mengikuti sistem yang ada.
Di sini saya berdiri, dan seharusnya bangga bahwa saya telah selesai mengikuti periode indoktrinasi ini. Saya akan pergi musim dingin ini dan menuju tahap berikut yang diharapkan kepada saya, setelah mendapatkan sebuah dokumen kertas yang mensertifikasikan bahwa saya telah sanggup bekerja.
Tetapi saya adalah seorang manusia, seorang pemikir, pencari pengalaman hidup – bukan pekerja. Pekerja adalah orang yang terjebak dalam pengulangan, seorang budak di dalam sistem yang mengurung dirinya. Sekarang, saya telah berhasil menunjukkan kalau saya adalah budak terpintar. Saya melakukan apa yang disuruh kepadaku secara ekstrim baik. Di saat orang lain duduk melamun di kelas dan kemudian menjadi seniman yang hebat, saya duduk di dalam kelas rajin membuat catatan dan menjadi pengikut ujian yang terhebat.
Pidato Pengukuhan Mahasiswa terbaik

Saat anak-anak lain masuk ke kelas lupa mengerjakan PR mereka karena asyik membaca hobi-hobi mereka, saya sendiri tidak pernah lalai mengerjakan PR saya. Saat yang lain menciptakan musik dan lirik, saya justru mengambil ekstra SKS, walaupun saya tidak membutuhkan itu. Jadi, saya penasaran, apakah benar saya ingin menjadi lulusan terbaik? Tentu, saya pantas menerimanya, saya telah bekerja keras untuk mendapatkannya, tetapi apa yang akan saya terima nantinya? Saat saya meninggalkan institusi pendidikan, akankah saya menjadi sukses atau saya akan tersesat dalam kehidupan saya?
Saya tidak tahu apa yang saya inginkan dalam hidup ini. Saya tidak memiliki hobi, karena semua mata pelajaran hanyalah sebuah pekerjaan untuk belajar, dan saya lulus dengan nilai terbaik di setiap subjek hanya demi untuk lulus, bukan untuk belajar. Dan jujur saja, sekarang saya mulai ketakutan…….”

Posting Komentar