Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Test link

Nasi yang menangis ..

Sewaktu kecil terkadang saya selalu mendengar satu hal dari Mama saya : Ambil makanan secukupnya, kalau habis baru tambah lagi . waktu itu Mama saya sering berkata , makanan yang terbuang akan menangis ( Menangis dalam arti harfiah) .Saat kecil saya bahkan sangat percaya pada kebenaran cerita mama saya ,Meski pada waktu itu saya bertanya : Kenapa suara tangis nya tak kedengaran?

Mama saya menjawab : hanya orang orang dulu yag bisa mendengar , kuping manusia tak akan bisa mendengar makanan menangis, Seringkali manusia tinggal di kota , “berperangai sok beradab” : Makan di restoran atau kafe dengan memesan sejumlah makanan yang mudah atau sulit dihafalkan namanya kemudian menyisakan seonggok makanan di pinggir piring , Kita melakukan semua itu , seolah olah ,menyisakan makanan saat makan di depan publik adalah aturan table manners ,dibuat oleh seorang koki dunia dan disahkan oleh presiden kita yang gemar blusukan.

Saya menyukai tipikal orang yang “membersihkan “ piring saat makan di mana pun . Sebab , saya meyakini dalam agama saya : dalam sebutir makanan ada berkah. Baru baru ini National Geographic merilis data sederhana dan fantastis . Data makanan yang terbuang di dunia .

Dari data itu diketahui , setiap tahun orang di negara negara kaya membuang 222 juta ton makanan , yang sebenarnya bisa memberi makan buat satu benua Afrika. Sementara pertahunnya diperkirakan sebanyak 4 milyar Ton makanan dibuat dan seperempatnya akan terbuang percuma . Secara teori seperempat yang terbuang itu bisa memberi makan 842 juta orang kelaparan di dunia .Produksi makanan yang terbuang itu mengahabiskan 250 kubik kilometer air yang setara dengan 4,5 milyar bak mandi.

Mesin mesin pendingin makanan yang diramalkan akan meminimalkan makanan terbuang , justru tidak berkorelasi , sebab yang salah terletak pada gaya hidup kita : Menyisakan makanan saat makan  di luar rumah , di restoran , kafe , dan counter –counter makanan di mal . Yang terbuang adalah makanan yang tidak diolah dibumbui dengan aneka rempah yang membangkitkan dua hasrat paradoks : hasrat untuk melahap dan hasrat untuk membuang.

Minggu lalu saya jalan jalam ke salah satu mal , kali ini bukan cuci mata ,Saya berdiam diri di Mal hingga food court nya tutup dan saya mengikuti sekolompok mas mas yang membawa kereta sampah .Di samping Mal, ada sebuah ruangan yang terbuka dan disanalah tumpukan sisa –sisa makanan dari para konsumen berakhir .Saya bayangkan , tentu ada pengemis dan gelandangan yang akan datang ke sana tengah malam atau subuh hari dan alangkah mengerikannya kita , karena kita bisa saja membeli seporsi makanan, membaginya menjadi dua : satu bagian untuk kita santap dan satu bagian bisa kita berikan kepada seorng gelandangan yang kedinginan di jembata penyeberangan atau yang kita temui di jalan saat pulang dari sebuah makan malam atau makan dalam waktu apapun Dan memberikan makanan kepada pengemis atau gelandangan tidak sama dengan memberi uang .Berbagi makanan adalah berbagi “rasa hangat “ kepada siapa saja .Dua orang yang tidak saling kenal bisa menjadi akran karena makanan.

Dan Kembali kepada kisah Mama saya tentang makanan yang menangis , kenapa bisa cerita itu ada dalama keluarga kami.?? Entahlah terlepas dari benar tidak nya toh ada kearifan dalam kisahnya : berhentilah membuang sesuatu yang patut dan berhentilah melazimkan sikap yang tak senonoh. ..Saya adalah termasuk bersuku Bugis yang hidup dengan memakan rakus ayam fried chicken, dan saya pun termasuk kaum bergama pemakan coto, tentu “ suara makanan menangis “ tak akan sampai ke telinga saya . 

Posting Komentar